jasa service genset | jasa perbaikan genset | overhaul genset cirebon#brebes#indramayu#karawang#subang#tegal#cikampek

JASA SERVICE GENSET: Cerbung

SERVICE GENSET AND OVERHAUL

serviceindonesia.blogspot.com adalah jasa perbaikan atau service genset, UPS, overhaul genset / engine & Mesin Kapal . Berlokasi di Bekasi dengan team yang solid dan paham akan perkembangan mesin genset, Kami akan senantiasa berkomitmen mengakomodasi setiap kebutuhan Anda. Karena itulah, client kami berasal dari beragam latar belakang, dari personal user, perusahaan dan instansi pemerintah


Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Layanan Jasa Service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda dalam berbagai Jenis

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang.

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Kami Menerima Layanan Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda.

Layanan service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Serahkan Kepada Kami ahlinya di berbagaimacam Alat berat dan juga kerusakan pada genset anda.

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Desember 2018

Cintanya Cinta Bukan Cinta Biasa - Bab 1

Cinta gadis malang – Gadis lima belasan tahun berseragam putih dongker itu bergegas memasuki gerbang sekolah. Wajahnya yang purtih higienis nampak pucat membuktikan kecemasan mendera hatinya. Cemas sebab terlambat lagi tiba ke sekolah.

 Gadis lima belasan tahun berseragam putih dongker itu bergegas memasuki gerbang sekolah Cintanya Cinta Bukan Cinta Biasa - Bagian 1
Ilustrasi cintanya cinta bukan cinta biasa (pixabay.com)

Cinta, gadis belia itu memang sering terlambat ke sekolah sebab ia harus membantu orangtuanya dulu sebelum berangkat sekolah. Ia diantar oleh pak Diman, tukang ojek yang menjadi langganannya setiap pergi dan pulang sekolah. Pak Diman selalu setia mengantar dan menjemput Cinta tiap hari.

Semnetara itu pak Diman masih terpaku di atas jok motornya di depan gerbang sekolah. Begitu usang lelaki paruh baya itu hanyut dengan pikirannya. Memikirkan nasib malang Cinta, gadis kecil yang selama ini diasuh oleh keluarga pak Jaya.

Pak Diman merasa trenyuh. Cinta tak pernah tahu siapa orangtua sebenarnya. Cinta, gadis yang kini duduk dibangku kelas 9 es-em-pe itu mengira bila pak Jaya dan buk Fatimah yakni orangtua kandungnya.

“Kalau begitu, biarlah kami yang merawat bayi mungil ini, pak Diman….”

Kalimat itu masih terngiang di indera pendengaran pak Diman. Kalimat yang diucapkan oleh pak Jaya dikala ia menyerahkan bayi yang ditemukanya di pos ronda, 15 tahun silam.

Subuh itu tak sengaja pak Diman menemukan bayi mungil di pos ronda terbalut rapi dengan selimut bayi. Ia merasa capek dan ingin beristirahat menunggu datangnya pagi, sehabis mengantarkan salah seorang warga ke luar kabupaten.

Pak Diman sempat resah mau berbuat apa. Namun dikala kebingungan melanda, pak Jaya dan istrinya lewat di depan pos ronda. Pak Diman segera memberi tahu kepada pak Jaya bila ia menemukan bayi dalam pos ronda.

“Pak Diman sudah tahu kami memang tidak dikarunia anak. Makara kami akan merawatnya dan menganggapnya sebagai anak sendiri,” sela istri pak Jaya.

“Tapi pak Diman rahasiakan semua ini, ya?  Kalau ada yang bertanya perihal bayi ini, bilang saja cucu dari saudara saya yang di kota,” timpal pak  Jaya.

“Baik, pak Jaya. Akan saya jaga diam-diam ini selamanya,” sahut pak Diman.

Pak Diman tersentak dari lamunannya. Kemudian berbalik arah memutar motornya dan meninggalkan gerbang sekolah. Tak disadari pak Diman telah terhanyut oleh bencana 15 tahun silam. (Bersambung…)

Jumat, 16 November 2018

Perjalanan Panjang ( Bab Keempat )

Rusdi tidak kaget ketika tukang tambal memberitahukan benen motornya telah diganti dengan yang baru. Benen ban motornya rusak parah lantaran robek sehingga tidak sanggup ditambal. Oleh alasannya Itu ia harus mengeluarkan uang untuk beli benen gres dan upah pasang. Ia pun tak membantah dan segera membayar semua biaya yang ditimbulkan oleh kendaraannya.

 ketika tukang tambal memberitahukan benen motornya telah diganti dengan yang gres Perjalanan Panjang ( Bagian Keempat )
Ilustrasi kereta api (doc.matrapendidikan.com)

Ban kendaraan bermotor dihentikan kekurangan angin ketika dikendarai, apalagi menempuh jarak jauh. Hal ini akan memperbesar peluang untuk mengalami kempes di perjalanan. Namun sebelum berangkat dari rumah, Rusdi lupa untuk mengusut angin ban kendaraannya.

Selain itu Rusdi telah mengendarai motornya dalam keadaan ban tanpa angin menuju daerah tempel benen. Tentu saja akan menciptakan benen kendaraannya menjadi rusak parah.

Itu pula sebabnya tadi Rusdi meninggalkan motornya di daerah tempel benen. Ia menyerahkan mana baiknya oleh tukang tempel benen. Bisa ditempel saja atau diganti dengan benen gres jika memang tidak sanggup digunakan lagi.

Kini Rusdi dan istrinya Salmina sudah berada di atas motor bebeknya. Mulai menyusuri jalan raya berliku di sepanjang pinggiran danau dengan kecepatan sedang. Kendaraannya kini terasa nyaman dikendarai. Ia berharap hingga di kampung halamannya tanpa kendala.

Jalan Raya Lintas Sumatera memang berliku-liku di sepanjang pinggiran danau Singkarak. Jika dipotret dari ketinggian, jalan berliku di pinggiran danau menjadi sebuah pemandangan yang bagus.

Di sebelah kiri jalan raya terdapat jalur jalan kereta api. Konon rel kereta api itu tidak pernah lagi dilewati oleh kereta api. Kereta api jurusan Sawah Lunto - Batu Tebal sudah berhenti beroperasi. Boleh jadi biaya operasi transportasi ini tidak tertutupi lagi oleh pendapatan dari penumpang kereta wisata ini.

Rusdi sudah kangen untuk naik kereta api lagi. Sudah usang ia tak lagi menaiki sarana transportasi unik ini. Dulu, ketika masih duduk di kursi sekolah dasar dan SMP, Rusdi sering naik kereta api. Mulai dari kereta api berloko uap hingga loko diesel impor Jerman.

Yang paling menyenangkan bagi Rusdi ketika itu yaitu sanggup menumpang kereta api gratis. Caranya bangun di gerbong batubara. Berwisata ria dari stasiun Simpang AA menuju Solok dan terus ke Sawah Lunto. Atau dari stasiun Simpang AA menuju Batu Tebal.

Kereta angin atau sepeda dan kereta api tak luput dari dongeng masa kemudian Rusdi di kampung halamannya, Sumani. Beda dengan masa kecil dan masa sekolah anak zaman sekarang.

Anak zaman milennial atau disebut juga zamannow lebih disibukkan oleh perangkat gadget pembelian orangtua mereka. Mau berguru pegang android. Mau tidur buka aplikasi media sosial. Mereka kadang kala digelari sebagai generasi menunduk. Menunduk ke arah gadget meskipun itu ketika berbicara dengan orangtua sendiri.

Rusdi menghela nafas. Hembusan angin danau Singkarak makin terasa sejuk. Rusdi memperlambat laju kendaraannya. Meminggirkan kendaraannya dan berhenti.

Salmina yang dari tadi juga membisu di boncengan belakang jadi heran. Ada apa gerangan suaminya menghentikan motornya? (Bersambung…)


Sabtu, 10 November 2018

Perjalanan Panjang ( Bab Tiga )

Ringkasan bab satu dan dua : Rusdi pulang ke kampung halamannya di Sumani. Ia  menggunakan sepeda motor dan membonceng istrinya, Salmina. Namun ketika hingga di Ombilin, motornya berulah. Ban motor bab belakang kempes. Rusdi mengantarnya ke daerah tempel benen. Sementara menunggu motornya, Rusdi dan Salmina duduk di dingklik panjang di samping sebuah warung seraya menghadap ke hamparan danau Singkarak. Ikuti dongeng selanjutnya di Perjalanan Panjang Bagian Ketiga!
  
 Rusdi pulang ke kampung halamannya di Sumani Perjalanan Panjang ( Bagian Tiga )
Ilustrasi perjalanan panjang (pexels.com)

Keliling danau Singkarak dengan memakai sepeda? Sulit dilakukan untuk belum dewasa seusia Sekolah Menengah Pertama zamannow!. Berkeliling danau Singkarak akan menempuh jarak lebih kurang 45 kilometer. Itu bukanlah jarak yang dekat.

Anak-anak zaman kini seakan sudah malas untuk bergerak. Jangankan memakai sepeda untuk jarak yang cukup jauh. Ke warung depan rumah yang tak begitu jauh jaraknya saja mesti memakai motor.

“Mau pesan minum apa, pak?”

Seorang gadis kecil, anak pemilik warung di sebelah tiba menghampiri. Bangku daerah duduk di pinggiran danau ini pastilah buatan pemilik warung di sebelah.

Rusdi melirik Salmina yang duduk di sampingnya.

“Teh botol saja, mas…” ujar Salmina paham maksud lirikan suaminya.

Rusdi mengangguk membuktikan setuju. Sebenarnya ia sangat ingin minum kopi. Tapi kali ini ia pendam keinginannya alasannya yaitu ia tahu bila ketika ini duduk bukan di warung.

Dua teh botol sudah hingga di hadapannya. Rusdi dan istrinya segera menyeruput minuman dengan aroma teh hambar itu.

Rusdi kembali menoleh ke formasi bukit barisan di seberang danau nun jauh disana. Masih segar di pikiran Rusdi, ketika suatu ketika di Minggu pagi, ia sudah hingga di halaman rumah temannya. Ia berencana mengajak temannya untuk bersepeda mengelilingi danau Singkarak.

Tanpa disangka, abang kandung temannya itu melarang dan marah-marah pada Rusdi. Ia ngomel alasannya yaitu Rusdi telah mengajak adiknya jauh-jauh pergi bersepeda. Bahkan abang wanita temannya itu menuding Rusdi tak tahu di untung.

Rusdi segera berbalik dan membatalkan rencananya untuk mengelilingi danau Singkarak. Namun gres beberapa meter ia menggenjot pedal sepedanya, seseorang telah memanggilnya dari arah belakang.

“Sudi…! Ayo, kita keliling danau!”

Rusdi berhenti dan menurunkan kaki kirinya lalu menoleh ke belakang. Ternyata Sukardi, temannya.

“Ayo, kita pergi!” ulang Sukardi.

“Nanti dimarahi kakakmu,” tukas Rusdi.

“Ah, semoga saja, yuk kita jalan..!”

Ternyata pagi itu, teman-teman lainnya juga ikut mengelilingi danau Singkarak. Rombongan belum dewasa mengendarai sepeda untuk mengelilingi danau Singkarak persis ibarat pebalap Tour de Singkarak.

Pemandangan alam danau Singkarak tidak banyak yang berubah. Air danau masih tampak membiru membiaskan warna langit biru di sore yang cerah. Bukit-bukit di sebelah barat masih bangun kokoh sebagai latar belakang pemandangan indah danau Singkarak.

Rusdi melirik ke arah istrinya yang sedari tadi juga membisu seraya memandang ke tengah danau. Di mata Rusdi, istrinya masih tampak manis meskipun sudah melahirkan lima orang anak. Meskipun di wajahnya sudah mulai muncul goret-goret halus membuktikan ketuaan.

“Mas, benen motor kita mungkin sudah siap ditempel ya, mas?” Salmina mengingatkan.

“Iya, kali. Yuk kita susul ke bengkel tempel benen,”  ujar Rusdi seraya merongoh dompet dan membayar minumannya. Kemudian berjalan menuju daerah tempel benen motornya.(Bersambung…)

Kamis, 08 November 2018

Perjalanan Panjang (Bagian Kedua)

Setelah membelok ke kiri, Rusdi melewati jembatan Ombilin. Jembatan yang cukup panjang dan lebar. Rusdi sanggup menoleh ke kanan untuk menyaksikan jembatan kereta api dengan latar keindahan alam danau Singkarak.

 Rusdi sanggup menoleh ke kanan untuk menyaksikan jembatan kereta api dengan latar  Perjalanan Panjang (Bagian Kedua)
Ilustrasi cerbung perjalan panjang (pixabay.com)

Di ujung jembatan, jalan raya melintas sepasang rel kereta api. Rusti sedikit ekstra hati-hati mengendarai motornya. Pasalnya posisi jalan raya yang serong kanan melintasi rel kereta api rentan menciptakan ban kendaraan roda dua selip.

Tiba-tiba pegangan tangan Rusdi terasa bergetar. Ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi dengan ban motor sehingga jalannya motor tidak stabil.

Rusdi segera meminggirkan motornya. Sejenak menukikkan pandangan ke bab bawah velg motor. Ternyata ban motornya sudah kempes.

“Sepertinya bannya kempes, mas…” ujar Salmina seraya turun dari jok. Berdiri agak ke pinggir.

“Iya, tadi mas lupa menambah angin benennya, apalagi ban belakang nyaris botak,” sahut Rusdi seraya turun dari motor dan mematikan mesinnya. Kemudian memasang standar bangun motornya.

“Numpang tanya, pak…Dimana kawasan tempel benen terdekat, ya pak?” Rusdi bertanya pada pria setengah baya yang kebetulan lewat di kawasan itu

“Oh, sekitar dua ratus meter lagi dari sini, pak…” sahut orang itu seraya menunjuk ke arah selatan jalan raya.

“Terima kasih, pak.”

“Iya, “ Pria itu mengangguk.

Rusdi memandang istrinya sejenak.

“Mina, kau tunggu mas di depan kedai itu,” ujar Rusdi menunjuk warung di seberang jalan.

“Ya, mas.” sahut Salmina seraya menoleh ke kiri dan kekanan jalan dan lalu menyeberang jalan.

Sementara itu Rusdi segera menyalakan motor. Tetapi ia bukan untuk mendorong motornya menuju kawasan tempel benen. Melainkan menaiki motor dengan kondisi ban sedang kempes. Memang, motor terasa tidak stabil dan tidak lezat dikendarai.

Rusdi menemukan kawasan tempel benan yang dicarinya. Menyeberang kalan ke sebelah kanan. Setelah bercakap-calkap dengan tukang tempel benen, Rusdi meninggalkan kawasan itu. Berjalan kaki menuju warung dimana Salmina tadi menunggu.

“Motornya tidak ditunggui, mas?” tanya Salmina.

“Tidak apa-apa, kita serahkan saja pada tukang tambal benen,” sahut Rusdi.

“Nanti dicurangi oleh tukang tambal benen, mas.”

“Biar aja, Mina. Dia juga yang berdosa.”

Rusdi dan salmina mencari kawasan duduk di sebelah warung. Di bawah pohon perindang di pinggir danau terdapat dingklik panjang kawasan duduk.

Danau Singkarak terlihat beriak-riak kecil di tiup angin siang. Danau terluas kedua di Pulau Sumatera ini nampak membiru dengan latar belakang formasi bukit barisan di sebelah barat.
Tiba-tiba Rusdi teringat masa sekolah dulu dimana ia dan teman-temannya sering mengelilingi danau Singkarak memakai sepeda…. (Bersambung)

Senin, 05 November 2018

Perjalanan Panjang (Bagian Pertama)

Rusdi merasa lega ketika memasuki wilayah Simawang. Kondisi jalan sudah menurun dan berliku-liku. Dengan begitu motor yang membawa Rusdi dan istrinya meluncur dengan santai. Sesaat lagi ia akan hingga di pasar Ombilin. Setelah itu ia akan melewati jalan raya Lintas Sumatera tanpa pendakian, menuju kampung halamannya.

 merasa lega ketika memasuki wilayah Simawang Perjalanan Panjang (Bagian Pertama)
Ilustrasi perjalanan panjang (pixabay.com)

Motor bebek Rusdi tak perlu lagi mengeluarkan tenaga dalamnya, untuk membawanya hingga ke Sumani. Di pertigaan jalan pinggiran Danau Singkarak, Rusdi membelok ke kiri dengan kecepatan lebih sedikit dari kecepatan orang berlari.

Yang lebih lega lagi Salmina, istrinya yang duduk membonceng di belakang, Kenapa tidak? Panggulnya terasa pegal saking lamanya duduk hening di jok belakang  Selama perjalanan ia tidak sanggup bergerak bebas alasannya jok motor kelewat pendek untuk diduduki pengendara dan pembonceng.

Bagi Salmina, perjalanan ke kampung suaminya ini terasa panjang meskipun jarak tempuh tidak terlalu jauh. Namun apa hendak dikata, perjalanan panjang itu harus dilalui dengan sabar.

Salmina tidak sanggup berbicara apa-apa kepada suaminya. Lidahnya seakan tergigit ketika hendak mengusulkan kepada suaminya untuk menggantinya dengan motor baru. Ia paham dengan keadaan dimana anak-anaknya dikala ini sedang membutuhkan uang banyak untuk kelanjutan pendidikan mereka.

Ada yang masih duduk di dingklik Sekolah Menengah Pertama dan SMA. Bahkan dua orang anak menduduki dingklik kuliah. Untung satu orang, si sulung sudah menamatkan kuliahnya dan sudah bekerja di swasta.

Bagi Rusdi, motor jenis bebek keluaran 1996 itu menciptakan ia nyaman untuk mengendarainya setiap bepergian bersahabat maupun jauh. Jarang mogok dan irit materi bakar. Seakan motor angsa itu mengerti keadaan pemiliknya sehingga berkelakuan baik, tidak menguras isi dompet..

Saat ini biaya reperasi kendaraan bermotor roda dua tidak terbilang murah. Begitu pula harga materi bakar minyak (BBM) naik tiap sebentar. Dua poin ini sering menciptakan pemilik kendaraan mengeluh.

Memang, usia sepeda motor bebek yang sering menemani Rusdi dan istrinya itu  tidak terbilang muda lagi. Tenaganya sudah jauh berkurang.  Tak sanggup dikebut semoga lebih cepat hingga ditujuan tatkala dipakai untuk  bepergian.

Ketika mendaki tanjakan tenaganya tidak sanggup diandalkan lagi. Apalagi ditanjakan cukup tajam. Kecepatannya nyaris sama dengan orang berjalan kaki. Itu pun harus memakai gear tarik untuk menghadapi tanjakan tajam.

Namun yang lebih penting bagi Rusdi, ia dan istrinya yang membonceng di belakang hingga ke tujuan, meskipun dalam waktu cukup lama. Biar lambat asal selamat. (Bersambung)