jasa service genset | jasa perbaikan genset | overhaul genset cirebon#brebes#indramayu#karawang#subang#tegal#cikampek

JASA SERVICE GENSET: Hasil penelusuran untuk reuni-cinta-masa-lalu

SERVICE GENSET AND OVERHAUL

serviceindonesia.blogspot.com adalah jasa perbaikan atau service genset, UPS, overhaul genset / engine & Mesin Kapal . Berlokasi di Bekasi dengan team yang solid dan paham akan perkembangan mesin genset, Kami akan senantiasa berkomitmen mengakomodasi setiap kebutuhan Anda. Karena itulah, client kami berasal dari beragam latar belakang, dari personal user, perusahaan dan instansi pemerintah


Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Layanan Jasa Service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda dalam berbagai Jenis

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang.

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Kami Menerima Layanan Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda.

Layanan service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Serahkan Kepada Kami ahlinya di berbagaimacam Alat berat dan juga kerusakan pada genset anda.

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri reuni-cinta-masa-lalu. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri reuni-cinta-masa-lalu. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Maret 2018

Reuni Cinta Kurun Lalu

Melanie menurunkan beling jendela depan sebelah kiri mobilnya. Melalui beling spion kiri ia sanggup melihat dengan jelas, Andrew sedang melangkah ke arah mobilnya. Jantungnya berdegup keras menunggu laki-laki mengenakan jaket hujan itu.

 menurunkan beling jendela depan sebelah kiri mobilnya Reuni Cinta Masa Lalu
Kini Andrew sudah berdiri di sisi mobil. Memandang perempuan yang berada di belakang setir. Wanita yang gres dilihatnya kini sesudah tak bertemu sekian lama.
Sejenak keduanya terpaku dan saling memandang. Bergelut dengan hati dan pikiran masing-masing.
“Nggak disangka. Ternyata kau masih manis menyerupai dulu.” gumam Andrew impulsif memuji, seraya menyodorkan tangannya pada Melanie yang masih terpaku di belakang setir mobilnya.
“Kamu juga, mas. Masih ganteng menyerupai masa 28 tahun silam ,” sambung Melanie balik memuji dan menyambut uluran tangan Andrew.
Andrew tersentak.Seakan terbangun dari pukauan tatapan mata Mellani. Ucapan Melanie barusan menyadarkan dirinya kalau dikala ini ia dan Melani sudah tidak muda lagi.
“Tapi masa itu tak mungkin kembali, Mel…”
“Benar, mas…Masa kemudian itu tak mungkin kembali. Namun yang niscaya kita sudah bertemu kembali, bukan?”
Gerimis turun semakin tebal. Dari tadi Melanie lupa untuk mempersilahkan Andrew naik ke atas mobilnya. Andrew membuka pintu mobil, masuk dan duduk di sebelah kiri Melanie.
“Aku jadi takut sekarang, mas…” ujar Melanie dengan bunyi sedikit bergetar.
“Kenapa, Mel?”
“Di kawasan sekitar ini banyak orang yang mengenal aku, mas.”
“Ya, mas maklum. Sekarang tidak ada orang lain disekitar ini selain kita berdua”
“yakin, mas?”
Andrew mengangguk.
“Bagaimana keadaan mas dikala ini?”
“Seperti yang kau lihat, Mel. Kamu sendiri?”
“Sama, mas.”
 Lalu keduanya terdiam. Saling melirik satu sama lain tanpa kata-kata. Lalu bergelut dengan bayangan masa kemudian yang tak berujung pangkal.
Pertemuan ini ialah pertemuan nekad dan di sengaja. Mereka berjumpa sebelum ini di media facebook. Percakapan di akomodasi messenger sudah panjang lebar. Saling menuduh untuk meninggalkan sehingga kekerabatan dan komunikasi jadi terputus. Tidak ada ujung pangkalnya.
“Kita nggak mungkin melanjutkan kekerabatan ini mas,” begitu kata Melanie di sore yang cerah itu. Ucapan itu menciptakan suasana hati Andrew jadi galau. Setelah itu Andrew pamit untuk pulang. Dengan kepala tertunduk Andrew meninggalkan tempat kos Melanie. Sejak itu tidak ada lagi dongeng ihwal mereka berdua. Lenyap ditelan perjalanan sang waktu.
Sementara itu, Melanie mengklaim tak pernah menyampaikan ucapan menyerupai itu kepada Andrew. Melanie juga galau mengapa Andrew pergi begitu saja dan menghilang.
Dua puluh delapan tahun kemudian, mereka berjumpa di media social. Dan tempat ini ialah tempat yang mereka janjikan untuk reuni masa lalu. Tempat yang istimewa namun tidak diketahui orang lain.
Andrew tersentak dari lamunannya. Begitu pula Melanie. Untuk mengusir kebisuan, Andrew membuka dongeng usang dikala masih pacaran hingga hari-hari yang dilewatinya sesudah mereka berpisah.
Diselingi canda dan gurau, Melani juga menceritakan perihal masa-masa yang dilewatinya sesudah perpisahan itu terjadi 28 tahun silam. Kesan pertemuan itu terasa semakin indah ketika keduanya saling menggombal namun masuk akal.
“Mel, mungkin sudah harus kita akhiri pertemuan kita kali ini. Lain kali kalau ada waktu kita sambung lagi,” kata Andrew kemudian.
“Iya, mas…”
Andrew meraih tangan Melanie. Menggenggam tangannya. Begitu lama. Kemudian beralih untuk menyalami menandakan pertemuan ini segera berakhir.
Andrew turun dari mobil. Melambaikan tangan . Ketika Melanie sudah berangkat, Andrew tertegun sendiri. Seakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Dan itu semua dibawa oelh Melanie.
Andrew melangkah ke arah motornya yang diparkir di pinggir jalan.   
Melanie begitu pula. Ia menyetir mobilnya di tengah gerimis yang mulai menipis. Namun hatinya terasa kosong. Tinggal pada lelaki yang dulu pernah jadi pacarnya, 28 tahun silam. 

Jumat, 27 April 2018

Terbelenggu Rindu Tak Bertepi

Wanita paruh baya itu kembali memandang ke arah jalan raya melalui jendela beling di beranda depan sebuah rumah adat. Entah berapa kali semenjak tadi ia lakukan hal itu. Mengamati dari jauh kendaraan yang kemudian lalang di jalan raya di sore yang teduh dan cerah.

Wanita paruh baya itu kembali memandang ke arah jalan raya melalui jendela beling di beranda Terbelenggu Rindu Tak Bertepi

Maria, perempuan yang tengah duduk sendirian di beranda rumah tak berpenghuni itu nampak dilanda galau. Itu terperinci terlihat dari gerak-geriknya dari tadi. Sebentar-sebentar menoleh ke arah jalan raya. Sebentar-sebentar membuka android-nya.

Ia berharap seseorang akan melintas di antara sekian banyak pengendara yang hilir pulang kampung di jalan raya. Ia tak berharap Afrizal, seseorang yang dicarinya itu mampir namun sekadar melihat pun sudah cukup berarti baginya.
Seketika pandangannya berubah nanar mana kala tidak ditemukan yang dicarinya. Harapannya sekadar untuk melihat lelaki itu melintas di jalan raya dengan motornya semakin pudar. Kepercayaan dirinya menjadi hilang dikala menyadari apa yang dilakukannya sebuah kekonyolan.
Sontak Maria bangkit tatkala seorang pengendara motor melintas pelan di jalan depan rumah susila itu. Pria itu menggunakan helm warna hitam dan jaket hitam dengan celana jeans biru kumal.
“Bukan dia…!” gumamnya kecewa. Lalu ia kembali duduk di bangku rotan panjang di beranda rumah susila berusia renta itu.
Maria menghela nafas. Berat sekali helaan nafasnya. Rasa rindu terhadap lelaki mantan pacarnya masa kemudian itu semakin terasa membelenggu diri.
“Semua memang sudah guratan tangan...” keluhnya membatin. Guratan takdir telah membuatnya tidak bersatu. Kisah anggun itu berakhir begitu saja, tak berujung pangkal. Dimulai begitu anggun namun berakhir tanpa kata dan bicara.
Maria telah berusaha mencari gosip ihwal keberadaan Afrizal. Bertanya kesana kemari bahkan tiba ke negri Afrizal Namun usahanya itu sia-sia. Beberapa tahun kemudian Maria mendengar kabar bila Afrizal telah menikah.
Setelah memastikan tak mungkin lagi bertemu dengan Afrizal, Maria tetapkan untuk menikah dengan seorang lelaki pilihan orangtuanya. Kini Maria sudah diakruniai tiga orang anak yang sudah berangkat remaja dan dewasa.
Suatu dikala Maria iseng membuka akun facebooknya. Tak sengaja ia menemukan satu saran pertemanan. Ia terkejut melihat foto profil laki-laki yang berjulukan Putra Perdana itu.  Rasanya orang di foto profil pernah dikenalnya meskipun namanya sudah diganti.
Berulangkali Maria meyakinkan dirinya bila foto profil itu milik Afrizal, lelaki yang pernah dikenalnya sangat erat pada masa lalu. 
Maria mencoba mengirim pesan facebook mesenger menanyakan apakah benar itu Afrizal.
“Maaf, apakah ini akun bapak Afrizal?” tulis maria dengan panggilan bapak di depan namanya.
Namun tak usang berselang pesan Maria dibalas.
“Benar, buk Maria.”
“Apakah bapak masih mengingat saya?
“Tentru saja. Mana mungkin saya lupa dengan ibuk,”
“Alhamdulillah, ternyata saya tidak salah..” tulis Maria dengan gembira.
Sejak itu kurun gres kontak media umum facebook dimulai. Berawal dari chating perdana itu, Maria dapat bertemu muka. Pertemuan yang sangat mendebarkan bagi Maria.
Sejak pertemuan pertama itu Maria sering dibelenggu rasa kangen. Akan tetapi untuk bertemu terlalu sering tidak memungkinkan lagi. Maria menyadari dirinya dan Afrizal hanyalah potongan dongeng sendu masa kemudian yang membekas kembali dalam dunia nyata.
“Mama..!”
Panggilan itu telah membuyarkan lamunan Maria. Seorang gadis berangkat remaja menaiki tangga rumah susila
“Ngapain mama duduk sendirian terdiam disitu?” tanya gadisnya itu menciptakan Maria tersipu malu.
Simak juga cerpen ini : Reuni Cinta Masa Lalu
“Ah, mama nggak ngapa-ngapain, koq” sahut Maria berbohong.  
“Oh…” (Sekian).