jasa service genset | jasa perbaikan genset | overhaul genset cirebon#brebes#indramayu#karawang#subang#tegal#cikampek

JASA SERVICE GENSET: Cerpen

SERVICE GENSET AND OVERHAUL

serviceindonesia.blogspot.com adalah jasa perbaikan atau service genset, UPS, overhaul genset / engine & Mesin Kapal . Berlokasi di Bekasi dengan team yang solid dan paham akan perkembangan mesin genset, Kami akan senantiasa berkomitmen mengakomodasi setiap kebutuhan Anda. Karena itulah, client kami berasal dari beragam latar belakang, dari personal user, perusahaan dan instansi pemerintah


Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Layanan Jasa Service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Menerima Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda dalam berbagai Jenis

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Jasa Overhaul Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang.

Layanan Perbaikan Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Kami Menerima Layanan Jasa Perbaikan | Service | Overhaul Pada Genset Anda.

Layanan service Genset Cirebon | Tegal | Indramayu | Subang | Cikampek | Karawang

Serahkan Kepada Kami ahlinya di berbagaimacam Alat berat dan juga kerusakan pada genset anda.

Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Juni 2018

Orang Paling Kaya Di Dunia

Pak Musalem manggut-manggut seraya menutup browser internet pada laptopnya. Ia begitu meresapi dan meyakini isi ceramah seorang ustadz yang diposting melalui website ternama di negeri ini.

manggut seraya menutup browser internet pada laptopnya Orang Paling Kaya di Dunia

Memang, hampir setiap simpulan shalat subuh lelaki paruh baya itu, setia membuka situs web yang berisi ceramah siraman rohani melalui perangkat laptop renta kesayangannya. Laptop yang dulunya dibeli secara kredit dan dicicil setiap bulannya.

Pak Musalem bersandar penuh pada kursi, merenungkan kembali isi artikel yang barusan dibacanya, menjadi orang paling kaya di dunia.

“Ada orang kaya dari segi materi. Harta benda banyak, tabungan dan deposito melimpah. Apa yang kurang dari orang itu? Tetapi ia masih merasa kekurangan dalam hidupnya,” begitu isi paragraf pembuka artikel siraman rohani itu.

Setiap hari sering dihimpit permasalahan yang sulit dipantau orang lain secara kasat mata. Banyak memikirkan hal-hal dunia yang berkaitan dengan harta bendanya. Mengurus kelanjutan perjuangan biar berkembang dengan pesat sehingga kadang kala sulit untuk tidur di malam hari. Bahkan untuk beristirahat saja seakan tidak mempunyai waktu.

Ada pula orang yang kaya dari segi ilmu dan pengetahuan. Banyak yang ia ketahui perihal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka banyak membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak pula yang ia ketahui sehingga ia mempunyai wawasan yang luas perihal sesuatu. Namun kadang kala kewajiban sebagai umat muslim terlalaikan.

Kaya ilmu pengetahuan, namun semua itu belum berarti banyak bila belum menolong dirinya lantaran ilmu dan pengetahuan yang ia peroleh tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan hanya sekadar diketahui tetapi tidak banyak untuk diterapkan.

Di sisi lain tidak sedikit orang di sekitar kawasan tinggal, secara lahiriah serba kekurangan. Namun sanggup mendapatkan nada dan irama kehidupan itu apa adanya.  Menjalani kehidupan dengan tabah dan tawakal.

Menerima dan menjalani hidup ini apa adanya dengan penuh rasa syukur. Inilah salah satu ciri orang yang kaya hati. Orang yang paling kaya di dunia.

Orang yang paling kaya di dunia yaitu orang-orang yang merasa cukup dan mensyukuri nikmat yang telah diterimanya. Dengan merasa cukup dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, orang akan nyaman pikiran dan tentram hatinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
*****
Pak Musalem merasa bangun semangat. Ia bangun dari kursi. Segera mengganti sarung dengan celana harian di rumah. Kemudian melangkah menuju sisi dapur untuk mengambil sapu lidi.

Menyapu halaman rumah sebelum berangkat tugas, menjadi kebiasaannya setiap hari. Sekadar menggerakkan anggota badan atau olahraga kecil-kecilan kata anak zaman now.

Di usianya yang sudah memasuki kepala lima. Di ujung-ujung masa pensiun yang sudah merangkak menghampirinya. Pak Musalem justru tampak semakin bersemangat. Menapaki hari-hari berikutnya, yang mungkin sarat beban berat yang akan dipikulnya.

Beban berat?

Ya, pak Musalem mempunyai tanggungan keluarga yang tidak ringan. Belum seorang pun dari kelima anaknya yang bekerja. Semua anaknya masih dalam taraf pendidikan. Tiga orang di antaranya sedang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi tinggi negeri dan swasta. Sedangkan dua orang lagi sedang menuntut ilmu di kursi pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan SMA.

Pak Musalem dan istrinya memang seorang aparatur sipil negara dengan profesi guru. Namun tidak menyerupai guru lainnya. Ia hanya sebagai guru biasa dan tidak menerima derma yang lebih menggiurkan dan sangat dikejar oleh guru. Begitu pula dengan buk Maryam istrinya.

Akan tetapi pak Musalem tak pernah berpikir untuk ikut mati-matian memperoleh pendapatan yang luar basa itu. Ia ingin fokus mencurahkan perhatian pada anak-anaknya yang sedang berjuang menggapai masa depannya. Bagaimana pun anak butuh perhatian dan motivasi penuh dari kedua orangtua.

Dapat dibayangkan bagaimana pak Musalem dan istrinya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai kuliah dan sekolah anak-anaknya. Biaya hidup dan pendidikan anak semakin mahal. Namun semua itu dihadapi dan dijalani oleh pak Musalem dan istrinya dengan tabah dan tawakal.

Pak Musalem tetap menjadi orang yang beruntung di tengah kehidupan ini. Kenapa tidak? Semua anaknya memang belum dewasa yang tahu diuntung. Mereka rajin berguru dan tidak banyak tingkah sehingga meraih prestasi di sekolah maupun di perguruan tinggi tinggi.

Anak-anak pak Musalem memahami kesulitan kedua orangtuanya yang hanya mendapatkan honor biasa sebagai guru dan sudah niscaya tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan  sehari-hari. Oleh alasannya yaitu itu mereka berusaha untuk memberi semangat kepada orangtua dengan mengatakan prestasi belajar.
Semangat hidup pak Musalem dan keluarganya menjadi motor pelopor untuk berguru menjadi orang paling kaya di dunia. (*Kiriman : Yasman Yazid, Makasar)

Jumat, 27 April 2018

Terbelenggu Rindu Tak Bertepi

Wanita paruh baya itu kembali memandang ke arah jalan raya melalui jendela beling di beranda depan sebuah rumah adat. Entah berapa kali semenjak tadi ia lakukan hal itu. Mengamati dari jauh kendaraan yang kemudian lalang di jalan raya di sore yang teduh dan cerah.

Wanita paruh baya itu kembali memandang ke arah jalan raya melalui jendela beling di beranda Terbelenggu Rindu Tak Bertepi

Maria, perempuan yang tengah duduk sendirian di beranda rumah tak berpenghuni itu nampak dilanda galau. Itu terperinci terlihat dari gerak-geriknya dari tadi. Sebentar-sebentar menoleh ke arah jalan raya. Sebentar-sebentar membuka android-nya.

Ia berharap seseorang akan melintas di antara sekian banyak pengendara yang hilir pulang kampung di jalan raya. Ia tak berharap Afrizal, seseorang yang dicarinya itu mampir namun sekadar melihat pun sudah cukup berarti baginya.
Seketika pandangannya berubah nanar mana kala tidak ditemukan yang dicarinya. Harapannya sekadar untuk melihat lelaki itu melintas di jalan raya dengan motornya semakin pudar. Kepercayaan dirinya menjadi hilang dikala menyadari apa yang dilakukannya sebuah kekonyolan.
Sontak Maria bangkit tatkala seorang pengendara motor melintas pelan di jalan depan rumah susila itu. Pria itu menggunakan helm warna hitam dan jaket hitam dengan celana jeans biru kumal.
“Bukan dia…!” gumamnya kecewa. Lalu ia kembali duduk di bangku rotan panjang di beranda rumah susila berusia renta itu.
Maria menghela nafas. Berat sekali helaan nafasnya. Rasa rindu terhadap lelaki mantan pacarnya masa kemudian itu semakin terasa membelenggu diri.
“Semua memang sudah guratan tangan...” keluhnya membatin. Guratan takdir telah membuatnya tidak bersatu. Kisah anggun itu berakhir begitu saja, tak berujung pangkal. Dimulai begitu anggun namun berakhir tanpa kata dan bicara.
Maria telah berusaha mencari gosip ihwal keberadaan Afrizal. Bertanya kesana kemari bahkan tiba ke negri Afrizal Namun usahanya itu sia-sia. Beberapa tahun kemudian Maria mendengar kabar bila Afrizal telah menikah.
Setelah memastikan tak mungkin lagi bertemu dengan Afrizal, Maria tetapkan untuk menikah dengan seorang lelaki pilihan orangtuanya. Kini Maria sudah diakruniai tiga orang anak yang sudah berangkat remaja dan dewasa.
Suatu dikala Maria iseng membuka akun facebooknya. Tak sengaja ia menemukan satu saran pertemanan. Ia terkejut melihat foto profil laki-laki yang berjulukan Putra Perdana itu.  Rasanya orang di foto profil pernah dikenalnya meskipun namanya sudah diganti.
Berulangkali Maria meyakinkan dirinya bila foto profil itu milik Afrizal, lelaki yang pernah dikenalnya sangat erat pada masa lalu. 
Maria mencoba mengirim pesan facebook mesenger menanyakan apakah benar itu Afrizal.
“Maaf, apakah ini akun bapak Afrizal?” tulis maria dengan panggilan bapak di depan namanya.
Namun tak usang berselang pesan Maria dibalas.
“Benar, buk Maria.”
“Apakah bapak masih mengingat saya?
“Tentru saja. Mana mungkin saya lupa dengan ibuk,”
“Alhamdulillah, ternyata saya tidak salah..” tulis Maria dengan gembira.
Sejak itu kurun gres kontak media umum facebook dimulai. Berawal dari chating perdana itu, Maria dapat bertemu muka. Pertemuan yang sangat mendebarkan bagi Maria.
Sejak pertemuan pertama itu Maria sering dibelenggu rasa kangen. Akan tetapi untuk bertemu terlalu sering tidak memungkinkan lagi. Maria menyadari dirinya dan Afrizal hanyalah potongan dongeng sendu masa kemudian yang membekas kembali dalam dunia nyata.
“Mama..!”
Panggilan itu telah membuyarkan lamunan Maria. Seorang gadis berangkat remaja menaiki tangga rumah susila
“Ngapain mama duduk sendirian terdiam disitu?” tanya gadisnya itu menciptakan Maria tersipu malu.
Simak juga cerpen ini : Reuni Cinta Masa Lalu
“Ah, mama nggak ngapa-ngapain, koq” sahut Maria berbohong.  
“Oh…” (Sekian).

Selasa, 10 April 2018

Di Terminal Dobok Batusangkar

Sebuah angkutan pedesaan memasuki terminal Dobok. Menurunkan beberapa orang penumpangnya, kemudian berlalu keluar terminal kembali. Salah seorang di antaranya lelaki mengenakan kaos oblong dengan stelan jeans usang.


            Sebuah ransel pakaian tersandang di pundak kanannya. Ia barusan dari rumah temannya di sebuah negeri di Kecamatan Padang Ganting. Sudah tiga hari ia berada di rumah temannya dalam rangka takziah. Teman kuliah dan satu daerah kost di kota Padang.

Alizar, lekasi muda itu nampak nyengir kepanasan ditimpa terik matahari menjelang sore. Ia nampak kebingungan. Baru kali ini ia singgah di terminal kota budaya ini.
Wajahnya yang ditumbuhi bisul mulai memerah diterpa sinar matahari. Alizar mencari-cari daerah berlindung. Ia duduk di dingklik kayu di depan loket pembelian tiket  Bangku kayu memanjang yang sengaja disediakan petugas loket sebuah perusahaan angkutan umum di terminal Dobok Batusangkar.
Area terminal memang tidak terlalu luas. Namun demikian kendaraan dan orang-orang yang bersiliweran di dalam terminal, tidak begitu ramai.
Sesekali ia mengedarkan pandangan ke sekitar area terminal. Mencari-cari kendaraan beroda empat angkutan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke negerinya di Sumani.
“Ha, itu dia!” Alizar bergumam.
Spontan Alizar bangun dan menuju angkutan berwarna merah dan putih tersebut.
“Solok Solok Solok…” teriak biro terminal mencari calon penumpang yang akan ke kota Solok.
“Solok…” seru Alizar.
‘Ya, Solok naik….”
Alizar naik dan masuk ke dalam kendaraan beroda empat angkutan. Sejenak melirik daerah yang masih tersedia untuknya. Lantas menempati dingklik persis di sebelah seorang perempuan. Tanpa melirik kesana kemari, Alizar meletakkan ransel pakaian di pangkuannya.
Sekadar iseng, Alizar menoleh ke arah perempaun yang duduk di sebelah kanannya. Sekilas ia mengusut perempuan ini kira-kira seusia dengannya. Sepertinya perempuan ini sudah bekerja.
“Mau ke Solok juga, buk?” Alizar bertanya dengan sapaan. Sekadar mengusir kesepian hatinya.
“Iya, Uda juga?” Wanita itu balik bertanya.
“Nggak hingga kesana, Sumani.”
“Oh, Sumani. Saya hanya hingga di Kacang,”
“Kerja apa, buk?” tanya Alizar kemudian.
“Guru,”
“Oh..,”
“Uda?”
“Kuliah. Calon guru juga, hehehe..Hm, bila boleh saya panggil siapa ke ibuk?”
“Yunita…, panggil saja Yuni,” ujar Yunita.
“Saya, Alizar…biasa dipanggil Ali…”balas Alizar tanpa diminta.
Angkutan umum yang berusia lanjut itu segera berangkat meninggalkan Terminal Dobok Batusangkar.
Tak begitu lama, bus ukuran tiga perempat itu sudah hingga di Ombilin. Kemudian menikung ke kiri menuju Solok. Alizar menoleh ke luar jendela beling bus. Menyaksikan indahnya pemandangan danau Singkarak di sore hari.
Sesekali Alizar mencuri pandang dengan berpura-pura menengok birunya air Danau Singkarak. Sebaliknya, Yunita merasa risih. Gadis itu sanggup merasakankalau dirinya dipandang oleh lelaki yang gres dikenalnya itu.
Tanpa terasa Yunita sudah hingga di tujuannya. Ia turun dan kendaraan yang membawa Alizar terus berliku-liku menyusuri pinggiran danau Singkarak.
*****
Kebetulan masa liburan semester sehingga Alizar sanggup berkunjung ke rumah daerah kost Yunita. Tak begitu rumit bagi Alizar untuk mencari daerah kost Yunita. Sore itu ia telah hingga di daerah kostnya. Kebetulan Yunita sudah pulang bertugas.
Mereka bercengkrama dengan leluasa di ruang tamu daerah Yunita kost. Begitu lancar, kata-kata mengalir dengan pelan bagai air pegunungan. Sejuk dan nyaman. Saling bercerita perihal diri masing-masing. Entah kenapa mereka begitu cepat dekat dan saling membuka diri, membuka hati.
Di hari terakhir libur semeteran di kampung, Alizar mampir kembali ke rumah kost Yunita. Alizar ingin berterus terperinci perihal perasaannya kepada Yunita. Ternyata Yunita membalas isi hatinya.
Ketika hingga di kota Padang, Alizar menulis surat untuk Yunita. Surat pertama yang ia tulis untuk gadis yang telah membetot sukmanya. Seminggu kemudian surat balasannya datang.
Semangat Alizar kembali bangun alasannya ialah Yunita juga mencicipi apa yang ia rasakan. Begitulah, mereka saling kirim surat bila rasa kangen itu datang. Alizar ingin cepat menuntaskan kuliahnya. Kalau sanggup waktu ini sanggup disetel ibarat menyetel jam dinding.
Cepat selesai kuliah berarti cepat pula untuk bersanding di pelaminan dengan sang pujaan hati. Angan-angan Alizar semakin melambung tinggi di awan biru.   
*****
Hari demi hari berlalu begitu cepat terasa. Jarak yang memisahkan antara Alizar dan Yunita bukan menjadi kendala dalam jalinan kasih mereka. Surat menjadi penyambung rasa antara mereka berdua.
Akan tetapi, surat terakhir yang ditulis Alizar tidak kunjung dibalas oleh Yunita. Ini menciptakan hati Alizar semakin was was. Apa gerangan yang terjadi dengan Yunita? Hal ini telah mendorong Alizar untuk tiba menjumpai Yunita ke rumah orangtuanya di hari Minggu itu.
Kini, Alizar sudah hingga di Terminal Dobok dengan menaiki bus Antar Kota Salam Provinsi. Sejenak ia beristirahat di ruang tunggu terminal sambil menunggu angkutan kota yang hendak menuju desanya Yunita.
 “Uda temannya kak Yunita, bukan?”
Seorang gadis kecil penjaja minuman bertanya menyapa. Alizar menoleh ke arah penjual minuman itu. Rasanya Alizar mengenal gadis kecil itu. Ia ingat, gadis itu ialah tetangga Yunita.
“Betul, Dik. Kamu tetangganya kak Yunita, bukan?” Sahut Alizar balik bertanya.
“Iya, kak…Kakak niscaya mau ke rumah kak Yunita” tebak gadis itu.
“Iya. Rencana Uda memang mau ke rumah kak Yunita,”
“Hm, sebaiknya Uda jangan ke rumah kak Yunita sekarang!”
Alizar terperangah. Penasaran mendengar ucapan gadis penjaja minuman itu.
“Kenapa begitu, dik?” tanya Alizar kemudian.
“Kak Yunita berpesan, bila bertemu dengan Uda di terminal ini, bilang jangan tiba ke rumahnya,” kata gadis kecil itu semakin menciptakan hati Alizar diliputi rasa ingin tau dan galau.
“Dik, tolong katakan, ada apa dengan kak Yunita?” desak Alizar.
“Jadi, Uda belum tau, ya?”
Alizar menggeleng.
“Kak Yunita akan menikah…”
Alizar tersedak. Kepalanya terasa berat dan tertekur ke lantai. Lidahnya terasa kelu. Jantungnya seakan berhenti berdenyut. Sulit mempercayai ucapan gadis kecil di depannya ini.
Alizar berusaha mengangkat kepalanya yang terasa semakin berat.
“Benarkah begitu, Dik?”
Gadis kecil itu mengangguk. “Permisi Uda, saya mau jualan dulu,” ujar gadis itu meninggalkan Alizar.
Alizar melangkah lesu. Melangkah ke dingklik panjang di depan loket penumpang yang pernah ditempatinya dikala pertama kali ke terminal ini enam bulan lalu.
Kini Alizar jadi tahu jawabannya. Pantasan surat terakhirnya dua ahad lalu, tak pernah dibalas Yunita.
“Uda, maafkan Yunita ya…,” Sebuah bunyi terdengar lamat-lamat di pendengaran Alizar. Alizar hafal betul si pemilik bunyi itu.
Alizar mengangkat wajah. Yunita telah berdiri di depan Alizar.
“Yuni…” bunyi Alizar terdengar berdesis seraya berdiri. Menatap wajah Yunita dengan mata kuyu..
“Uda, maafkan Yuni, ya?. Uda janganlah marah, alasannya ialah semua ini sudah nasib kita berpisah. Mungkin kita tak berjodoh, Uda...” Suara Yunita terdengar serak menahan rasa yang sulit diungkapkan pada lelaki di hadapannya. Lelaki yang diyakini hatinya terluka menghadapi kenyataan ini.
“Yuni, selamat ya?” kata Alizar seraya menyodorkan tangan menyalami Yunita. Meskipun berat, Yunita mencoba menyambut uluran tangan Alizar. Yunita tak sanggup menahan air matanya.
Ingin Alizar menyapunya agar tak lagi membasahi pipinya. Namun Alizar merasa tak berhak lagi melaksanakan itu. Semuanya sudah berakhir.
Setelah itu Alizar berbalik dan meninggalkan Yunita yang masih terpaku di tempatnya. Membawa hati dan pikiran yang galau. Ia melangkah ke luar arena terminal Dobok.
Di terminal Dobok ini pertama kali Alizar berjumpa dengan Yunita. Ternyata di terminal ini pula semuanya harus berakhir.

Senin, 26 Maret 2018

Reuni Cinta Kurun Lalu

Melanie menurunkan beling jendela depan sebelah kiri mobilnya. Melalui beling spion kiri ia sanggup melihat dengan jelas, Andrew sedang melangkah ke arah mobilnya. Jantungnya berdegup keras menunggu laki-laki mengenakan jaket hujan itu.

 menurunkan beling jendela depan sebelah kiri mobilnya Reuni Cinta Masa Lalu
Kini Andrew sudah berdiri di sisi mobil. Memandang perempuan yang berada di belakang setir. Wanita yang gres dilihatnya kini sesudah tak bertemu sekian lama.
Sejenak keduanya terpaku dan saling memandang. Bergelut dengan hati dan pikiran masing-masing.
“Nggak disangka. Ternyata kau masih manis menyerupai dulu.” gumam Andrew impulsif memuji, seraya menyodorkan tangannya pada Melanie yang masih terpaku di belakang setir mobilnya.
“Kamu juga, mas. Masih ganteng menyerupai masa 28 tahun silam ,” sambung Melanie balik memuji dan menyambut uluran tangan Andrew.
Andrew tersentak.Seakan terbangun dari pukauan tatapan mata Mellani. Ucapan Melanie barusan menyadarkan dirinya kalau dikala ini ia dan Melani sudah tidak muda lagi.
“Tapi masa itu tak mungkin kembali, Mel…”
“Benar, mas…Masa kemudian itu tak mungkin kembali. Namun yang niscaya kita sudah bertemu kembali, bukan?”
Gerimis turun semakin tebal. Dari tadi Melanie lupa untuk mempersilahkan Andrew naik ke atas mobilnya. Andrew membuka pintu mobil, masuk dan duduk di sebelah kiri Melanie.
“Aku jadi takut sekarang, mas…” ujar Melanie dengan bunyi sedikit bergetar.
“Kenapa, Mel?”
“Di kawasan sekitar ini banyak orang yang mengenal aku, mas.”
“Ya, mas maklum. Sekarang tidak ada orang lain disekitar ini selain kita berdua”
“yakin, mas?”
Andrew mengangguk.
“Bagaimana keadaan mas dikala ini?”
“Seperti yang kau lihat, Mel. Kamu sendiri?”
“Sama, mas.”
 Lalu keduanya terdiam. Saling melirik satu sama lain tanpa kata-kata. Lalu bergelut dengan bayangan masa kemudian yang tak berujung pangkal.
Pertemuan ini ialah pertemuan nekad dan di sengaja. Mereka berjumpa sebelum ini di media facebook. Percakapan di akomodasi messenger sudah panjang lebar. Saling menuduh untuk meninggalkan sehingga kekerabatan dan komunikasi jadi terputus. Tidak ada ujung pangkalnya.
“Kita nggak mungkin melanjutkan kekerabatan ini mas,” begitu kata Melanie di sore yang cerah itu. Ucapan itu menciptakan suasana hati Andrew jadi galau. Setelah itu Andrew pamit untuk pulang. Dengan kepala tertunduk Andrew meninggalkan tempat kos Melanie. Sejak itu tidak ada lagi dongeng ihwal mereka berdua. Lenyap ditelan perjalanan sang waktu.
Sementara itu, Melanie mengklaim tak pernah menyampaikan ucapan menyerupai itu kepada Andrew. Melanie juga galau mengapa Andrew pergi begitu saja dan menghilang.
Dua puluh delapan tahun kemudian, mereka berjumpa di media social. Dan tempat ini ialah tempat yang mereka janjikan untuk reuni masa lalu. Tempat yang istimewa namun tidak diketahui orang lain.
Andrew tersentak dari lamunannya. Begitu pula Melanie. Untuk mengusir kebisuan, Andrew membuka dongeng usang dikala masih pacaran hingga hari-hari yang dilewatinya sesudah mereka berpisah.
Diselingi canda dan gurau, Melani juga menceritakan perihal masa-masa yang dilewatinya sesudah perpisahan itu terjadi 28 tahun silam. Kesan pertemuan itu terasa semakin indah ketika keduanya saling menggombal namun masuk akal.
“Mel, mungkin sudah harus kita akhiri pertemuan kita kali ini. Lain kali kalau ada waktu kita sambung lagi,” kata Andrew kemudian.
“Iya, mas…”
Andrew meraih tangan Melanie. Menggenggam tangannya. Begitu lama. Kemudian beralih untuk menyalami menandakan pertemuan ini segera berakhir.
Andrew turun dari mobil. Melambaikan tangan . Ketika Melanie sudah berangkat, Andrew tertegun sendiri. Seakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Dan itu semua dibawa oelh Melanie.
Andrew melangkah ke arah motornya yang diparkir di pinggir jalan.   
Melanie begitu pula. Ia menyetir mobilnya di tengah gerimis yang mulai menipis. Namun hatinya terasa kosong. Tinggal pada lelaki yang dulu pernah jadi pacarnya, 28 tahun silam.