Idul adha dan keikhlasan dalam beribadah – Hari Raya Idul Adha 1439 H bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 2018 M. Pada hari itu ada 3 momentum penting yang terjadi di kalangan umat muslim. Di dalam negeri, umat muslim akan merayakan Idul Adha dengan melakukan shalat Idul Adha.
Shalat idul adha merupakan shalat sunat muaqad 2 rakaat yang dilaksanakan berjamaah di masjid, surau atau pun di lapangan terbuka. Sementara itu nun jauh disana, umat muslim sedang melakukan wukuf di Padang Arafah.
Usai melakukan shalat idul Adha umat islam juga melaksnakan ibadah qurban bagi yang telah bisa melaksanakannya. Hal ini juga berlaku untuk melakukan ibadah haji. Kata ‘mampu’ berkaitan dengan kemampuan finansial umat muslim dalam melaksnakan ibadah tersebut.
Biaya untuk menunaikan ibadah haji maupun untuk membeli binatang qurban tidaklah sedikit. Namun keikhlasan demi mengharap ridho dan kepatuhan kepada Allah SWT, biaya sebesar itu belumlah seberapa nilainya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Nasa’I sanggup kita baca.
Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ لا ÙŠَÙ‚ْبَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ الْعَÙ…َÙ„ِ Ø¥ِلا Ù…َا Ùƒَانَ Ù„َÙ‡ُ Ø®َالِصًا ÙˆَابْتُغِÙŠَ بِÙ‡ِ ÙˆَجْÙ‡ُÙ‡ُ
Artinya: Allah SWT tidak mendapatkan amal kecuali amal ibadah yang dilandasi keikhlasan dan alasannya mengharap ridho Allah SWT (HR: Nasa’i)
Namun bagi umat muslim yang belum sanggup untuk melakukan ibadah haji maupun ibadah qurban, bukan berarti tidak sanggup berbuat apa-apa. Memberikan sepotong semur ayam, sebutir telur sekali pun atau sepiring sarapan kepada orang lain yang membutuhkan. Itu sudah menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT asal didasari keikhlasan dan mengharap ridho Allah SWT.
Itulah secuil ilham bagi kita semua dalam menyambut Hari Raya Idul Adha 1439 H. Minal aidin walfaidzin.