Pak Musalem manggut-manggut seraya menutup browser internet pada laptopnya. Ia begitu meresapi dan meyakini isi ceramah seorang ustadz yang diposting melalui website ternama di negeri ini.
Memang, hampir setiap simpulan shalat subuh lelaki paruh baya itu, setia membuka situs web yang berisi ceramah siraman rohani melalui perangkat laptop renta kesayangannya. Laptop yang dulunya dibeli secara kredit dan dicicil setiap bulannya.
Pak Musalem bersandar penuh pada kursi, merenungkan kembali isi artikel yang barusan dibacanya, menjadi orang paling kaya di dunia.
“Ada orang kaya dari segi materi. Harta benda banyak, tabungan dan deposito melimpah. Apa yang kurang dari orang itu? Tetapi ia masih merasa kekurangan dalam hidupnya,” begitu isi paragraf pembuka artikel siraman rohani itu.
Setiap hari sering dihimpit permasalahan yang sulit dipantau orang lain secara kasat mata. Banyak memikirkan hal-hal dunia yang berkaitan dengan harta bendanya. Mengurus kelanjutan perjuangan biar berkembang dengan pesat sehingga kadang kala sulit untuk tidur di malam hari. Bahkan untuk beristirahat saja seakan tidak mempunyai waktu.
Ada pula orang yang kaya dari segi ilmu dan pengetahuan. Banyak yang ia ketahui perihal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka banyak membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak pula yang ia ketahui sehingga ia mempunyai wawasan yang luas perihal sesuatu. Namun kadang kala kewajiban sebagai umat muslim terlalaikan.
Kaya ilmu pengetahuan, namun semua itu belum berarti banyak bila belum menolong dirinya lantaran ilmu dan pengetahuan yang ia peroleh tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan hanya sekadar diketahui tetapi tidak banyak untuk diterapkan.
Di sisi lain tidak sedikit orang di sekitar kawasan tinggal, secara lahiriah serba kekurangan. Namun sanggup mendapatkan nada dan irama kehidupan itu apa adanya. Menjalani kehidupan dengan tabah dan tawakal.
Menerima dan menjalani hidup ini apa adanya dengan penuh rasa syukur. Inilah salah satu ciri orang yang kaya hati. Orang yang paling kaya di dunia.
Orang yang paling kaya di dunia yaitu orang-orang yang merasa cukup dan mensyukuri nikmat yang telah diterimanya. Dengan merasa cukup dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, orang akan nyaman pikiran dan tentram hatinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
*****
Pak Musalem merasa bangun semangat. Ia bangun dari kursi. Segera mengganti sarung dengan celana harian di rumah. Kemudian melangkah menuju sisi dapur untuk mengambil sapu lidi.
Menyapu halaman rumah sebelum berangkat tugas, menjadi kebiasaannya setiap hari. Sekadar menggerakkan anggota badan atau olahraga kecil-kecilan kata anak zaman now.
Di usianya yang sudah memasuki kepala lima. Di ujung-ujung masa pensiun yang sudah merangkak menghampirinya. Pak Musalem justru tampak semakin bersemangat. Menapaki hari-hari berikutnya, yang mungkin sarat beban berat yang akan dipikulnya.
Beban berat?
Ya, pak Musalem mempunyai tanggungan keluarga yang tidak ringan. Belum seorang pun dari kelima anaknya yang bekerja. Semua anaknya masih dalam taraf pendidikan. Tiga orang di antaranya sedang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi tinggi negeri dan swasta. Sedangkan dua orang lagi sedang menuntut ilmu di kursi pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan SMA.
Pak Musalem dan istrinya memang seorang aparatur sipil negara dengan profesi guru. Namun tidak menyerupai guru lainnya. Ia hanya sebagai guru biasa dan tidak menerima derma yang lebih menggiurkan dan sangat dikejar oleh guru. Begitu pula dengan buk Maryam istrinya.
Akan tetapi pak Musalem tak pernah berpikir untuk ikut mati-matian memperoleh pendapatan yang luar basa itu. Ia ingin fokus mencurahkan perhatian pada anak-anaknya yang sedang berjuang menggapai masa depannya. Bagaimana pun anak butuh perhatian dan motivasi penuh dari kedua orangtua.
Dapat dibayangkan bagaimana pak Musalem dan istrinya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai kuliah dan sekolah anak-anaknya. Biaya hidup dan pendidikan anak semakin mahal. Namun semua itu dihadapi dan dijalani oleh pak Musalem dan istrinya dengan tabah dan tawakal.
Pak Musalem tetap menjadi orang yang beruntung di tengah kehidupan ini. Kenapa tidak? Semua anaknya memang belum dewasa yang tahu diuntung. Mereka rajin berguru dan tidak banyak tingkah sehingga meraih prestasi di sekolah maupun di perguruan tinggi tinggi.
Anak-anak pak Musalem memahami kesulitan kedua orangtuanya yang hanya mendapatkan honor biasa sebagai guru dan sudah niscaya tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh alasannya yaitu itu mereka berusaha untuk memberi semangat kepada orangtua dengan mengatakan prestasi belajar.
Semangat hidup pak Musalem dan keluarganya menjadi motor pelopor untuk berguru menjadi orang paling kaya di dunia. (*Kiriman : Yasman Yazid, Makasar)